Pendidikan berlandaskan agama
Landasan
Agama
Pembicaraan tentang
pendidikan tidak dapat terlepas dari pembahasan tentang manusia, bahkan manusia
merupakan persoalan inti dalam proses pendidikan. Pendidikan dapat dipandang
sebagai aplikasi pemikiran filosofis sedang
filsuf bekerja selaras dengan mahzab serta dasar pemikiran yang
dianutnya.
Membahas landasan agama
bagi ilmu pendidikan yang diawali dengan pembicaraan tentang hakekat manusia,
kemudian makna dan tujuan pendidikan, peserta didik, situsi dan nuasa
pendidikan serta evaluasinya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Hakekat
Manusia
Diungkapkan
bahwa manusia diciptakan tidak tahu apa-apa, namun dikaruniai potensi
pendengeran, penglihatan, dan nurani. Karena ketidaktahuannya itu manusia perlu
dididik, sekalipun tidak menjamin bahwa manusia akan dapat dididik ddan dapt
hidup melaksanakan tugas hidup manusia.
Kesadaran manusia akan tugas hidupnya sebagai manusia dan
kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan, ternyata tidak dibawa sejak lahir.
Untuk dapat bertindak susila manusia perlu dididik yang tidak sekadar
menjangkau bidang kognitif, psikomotor dan afeksi, akan tetapi seyogyanya
mencakup keseluruhan pribadi manusia. Bila tidak dididik, ia hanya akan
mengikuti dorongan dan instinknya saja, sedangkan tuntutan hidup tidak mungkin
direspon oleh insting belaka. Manusia dituntunt untuk menjunjung dan
kewajibannya terhadap Maha Penciptanya.
Ilmu pendidikan berlandaskan agama mengandung makna bahwa
agama itu menjadi sumber inspirasi untuk menyusun ilmu atau konsep-konsep
pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Teori pendidikan islam berangkat dari
Al-Quran dan sunnah Rasulullah, sehingga ayat-ayat al-Quran dan sunnah Rasul
itu dijadikan landasan dalam keseluruhan sistem pendidikan.
2. Makna
dan Tujuan Pendidikan
Agama memberikan landasan pemikiran dengan manusia, siapa dirinya, dari mana asalnya, mau kemana dirinya, dan apa seyogyanya diperbuat manusia dalam kehidupan didunia ini. Atas landasan itu para pakar pendidikan dapat menyusun dasar dan tujuan pendidikan yang utuh, komprehensif dan mendalam.
Agama memberikan landasan pemikiran dengan manusia, siapa dirinya, dari mana asalnya, mau kemana dirinya, dan apa seyogyanya diperbuat manusia dalam kehidupan didunia ini. Atas landasan itu para pakar pendidikan dapat menyusun dasar dan tujuan pendidikan yang utuh, komprehensif dan mendalam.
Demikianlah
agama memupuk kesadaran yang bertujuan mendorong orang beriman dan melampaui
sifat hewaninya, untuk memenuhi kebutuhan ekspresi yang lebih baik atau lebih
tinggi, yang dalam istilah al-Quran disebut lebih baik dan lebih abadi. Manusia
mempunyai posisi yang unik didunia ini, dan segala sesuatu disediakan bagi
manusia, yang mengandung makna bahwa segala yang ada didunia ini memberikan
manfaat. Selanjutnya bahwa manusia segala
sesuatu yang mengelilingi manusia, mempunyai tujuan. Ini berarti bahwa
eksistensi manusia tidak dapt lepas dari tujuan-tujuan itu, sekalipun manusia
itu tidak tahu tujuannya sendiri.
Terdapat
beberapa karakteristik tujuan berdasarkan agama, yaitu bahwa tujuan itu
harmonis, realistis, idealistis, pasti dan tidak menerima perubahan lain dari
waktu ke waktu. Tujuan pendidikan yang dilandasi agama, memberikan perhatian
yang adil kepada keseluruhan komponen dasar manusia. Pendidik tidak dipaksa
memilih antar induvidu atau masyarakat , antara prinsip ideal dengan kebutuhan
seketika.
3. Situasi
dan Nuasa pendidikan
Situasi
dan nuasa pendidika mencakup hakekat pendidikan, peserta didikdan metode atau
penyelenggaran pendidikan. Kelahiran manusia dengan fitrahnya mempunyai
implikasi praktis bagi metode pendidikan yang diterapkan pendidik. Pendidik
merupakan pribadi yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik
melalui penciptaan situasi dan nuasa pendidikan. Ruang lingkup pengembanganya
mencakup peserta didik secara utuh, jasmani dalam upaya mempersiapkan diri
manusia sebagai pengemban tugas khalifah dibumi, melalui pelatihan keterampilan
fisik. Rohani dalam upaya meningkatkan pribadi manusia dan kesetiaan kepada
Allah semata. Intelektual dalam upya mengarahkan potensia intelektual manusia
untuk menemukan kebenaran. Sosial dalam upaya pembentukan pribadi untuk hidup
dilingkungan masyarakat. Situasi dan nuasa pendidikan seyogyanya memperhatikan
dimensi teologis, moral-nilai, perbedaan individu, sosial, psikologis, ruang
dan waktu serta profesional.
4. Materi
pendidikan
Untuk mencapai tujuan
pendidikan perlu ditata materi secara tepat yang diklasifikasikan dalam
beberapa subjek yang berbeda-beda. Isi atau materi pendidikan sebainya didesain
sedemikian rupa sehingga pencapaian tujuan semakin mungkin terlaksana. Adanya
perbedaan tujuan pendidikan disetiap masyarakat, menyebabkan adanya perbedaaan
materi atau isi kurikulum.